Seratus meter dari lokasi pertama terdapat satu buah lagi batu megalitikum, yang tampaknya tempat sesaji zaman dahulu. Batu ini, dulu dikenal dengan nama 'batu menangis', hal ini mungkin disebabkan kalau hujan batu ini dapat menampung air, dan terlihat mengalir tak kala hujan reda. (Sebelum batu ini dibuat pondokan)
Pada gambar di bawah (foto kelima), penulis tidak mengetahui dimana loksai batu tersebut. Batu seperti ini banyak terdapat di kuburan lama Kesambe Baru, tetapi dengan ukuran yang lebih pendek. Batu-batu ini digunakan sebagai nisan.
Pada dokumentasi yang dibuat oleh orang Belanda (Tropen Museum) tahun 1931 terdapat keterangan bahwa batu tersebut merupakan peninggalan Pasemah. Menurut kami, hal tersebut tidaklah benar, karena batu megalitikum ini terdapat di daerah dimana suku Rejang berada. Adalah hal yang aneh bila orang (suku Pasemah) yang tak ada di daerah tersebut dikatakan membuat batu tersebut. Berbeda dengan batu megalitikum di sekitar Pagar Alam dan sekitarnya, dimana memang terdapat orang-orang Pasemah yang berdomisili disekitarnya.
Sumber foto 1, 4, 5: Tropen museum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar